beranda

Rabu, 23 Maret 2016

DIBALIK BISNIS RENTAL MOBIL


Banyak  sekali bisnis rental mobil yang mungkin diharapkan atau sesuai dengan yang diinginkan tapi  mungkin juga tidak diharapkan misalnya cerita yang meluncur dari perempuan yang akrab disapa Bu Mul itu. Awalnya satu mobil, kini, dia mengelola lima mobil. Meski berkembang, dia menegaskan bisnis itu tak semulus kelihatannya. Terbukti kasus pelarian satu mobilnya oleh pemilik rental di daerah Kartasura hingga ke Madiun, Jatim, belum juga rampung meski sudah setahun lebih.
“Sistem pinjam/sewa itu tidak hanya terjadi antara pemilik rental dengan masyarakat umum namun juga bisa antarpemilik rental. Kejadian yang saya alami misalnya, empat dari lima mobil saya dibawa kabur oleh pemilik rental yang sebenarnya juga sudah saya kenal,” ujarnya. Bukan hanya mobil dia yang dibawa lari tapi juga puluhan mobil rental lainnya di Soloraya. Sayangnya meski kasus itu sudah masuk kepolisian, dia dan pemilik mobil lainnya harus mencari sendiri mobil yang hilang itu.
Setelah suaminya dan beberapa rekan berusaha mencari, ujarnya, tiga mobil bisa kembali. Bukan tanpa perjuangan ketiga mobil itu kembali ke garasi. Pokoknya penuh lika-liku dan berbiaya yang tak sedikit untuk pencarian maupun tebusan. “Kalau soal biaya, saya tak mau membahasnya. Puluhan juta rupiah. Tapi mau bagaimana lagi, yang penting mobil bisa kembali karena statusnya masih kredit di leasing,” tambahnya lagi.
Dia kurang beruntung karena satu mobil belum kembali. Namun, BPKB masih tertahan di Polsek Kartasura, Sukoharjo. Penyebab BPKB mobil miliknya tak bisa kembali karena pihak Polsek beralasan dia harus menunjukkan surat keterangan lunas dari leasing.
Berkali-kali menjadi korban penipuan membuat dia mengambil banyak pelajaran. “Sekarang saya jauh lebih berhati-hati. Meski yang meminjam orang yang saya kenal namun apabila saya tidaksreg ya tidak akan saya beri. Itu juga berlaku untuk teman maupun tetangga saya. Apalagi orang yang tidak saya kenal, lebih baik tidak usah dipinjami,” ujarnya. Apakah kehati-hatian itu juga termasuk keputusan dia mencopot papan nama rental miliknya yang ada di depan rumah, dia membenarkannya.

“Papan saya ambil karena saya trauma. Tidak ada papan nama tidak apa-apa yang penting aman ketimbang saya jadi incaran jaringan penadah mobil rental yang ujung-ujungnya juga oknum aparat,” jelasnya.
Hal senada disampaikan pemilik rental mobil Pororojo Kartasura, Sukoharjo, Koko Atmoko. Memulai bisnis rental mobil pada 2006, satu mobil berkembang menjadi 17 mobil. “Ya sekarang ini lumayan. Tapi untuk menjadi besar seperti sekarang harus melalui banyak penghalang. Yang paling membuat pusing memang kalau mobil digadaikan penyewa. Karena kalau sudah masuk jaringan itu, jadi blunder semua. Di ujungnya yang kami jumpai lagi-lagi juga oknum aparat kepolisian. Nah sekarang saya tanya, kalau tanpa bantuan sesama aparat, kami warga sipil bisa apa,” ujarnya.
Pemilik rental sejak awal memang menyadari besarnya risiko. Tapi, bisnis ini kian hari kian menjamur? Senyum mengembang di wajah Koko. Menurutnya, jawabannya hanya satu yakni keuntungan yang menggiurkan. “Ibaratnya kami ini kan ambil mobil tapi tidak usah bayar angsuran kepada leasing. Mudahnya begini, setoran mobil di leasing untuk Avanza misalnya Rp3,5 juta hingga Rp4 juta/bulan. Nah, apabila mobil dijalankan (disewakan), untuk minimal order satu unit mobil, pendapatan yang bisa kami kantongi per bulan Rp5 juta hingga Rp7 juta. Menarik kan,” ujarnya. 

Demikian sekelumit tentang dunia bisnis khususnya rental mobil, deangan adanya cerita diatas mungkin dapat kita ambil hikmahnya dalam rangka keuntungan dan kelemahan  dalam rental mobil sehingga menambah pengetahuan kita tentang bisnis trend saat ini khususnya rental mobil.

Sumber : bisnisrentalmobil.wordpress.com
            Pada hari Rabu, 23 Maret 2016 jam : 2020 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar